بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
“Semua berkat berasal dari
Muhammad Saw.Diberkatilah Dia yang mengajar dan ia yang telah diberi pelajaran”.
NABI BESAR MUHAMMAD SAW.
“Hadhrat
Muhammad, Junjungan dan Penghulu kami, Semoga Allah memberi salawat dan berkat
atas dirinya”
“Setelah Allah, maka aku ini mabuk dengan kecintaan terhadap Muhammad.
Kalau ini disebut kekafiran, maka demi Allah aku adalah kafir yang akbar”
(Al-Masih-al-Mau’ud
a.s.)
Syait-syair (Qasidah) Masih Mau’ud
a.s. Mengenai Kemuliaan dan Kecintaan
Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
Bab 40 (TAMMAT)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dikemukakan syair-syair
(Qasidah) Masih Mau’ud a.s. mengenai kecintaan sempurna beliau kepada Nabi Besar Muhammad saw. setelah mencintai Allah Swt. yang telah mengenugerahkan kehormatan kepada beliau
berupa kenabian ummati sebagai
buah kecintaan kepada Nabi Besar
Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ
یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ
عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ
الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ
عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini
maka mereka akan termasuk di antara
orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada
mereka yakni: nabi-nabi,
shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan
orang-orang shalih, dan mereka itulah
sahabat yang sejati. Itulah
karunia dari Allāh, dan cukuplah Allāh Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71)
Rasul yang Sempurna
Orang Eropa yang awam berkata:
“Nabi ini tidak sempurna,
Apa susahnya menyiarkan agama di kalangan umat jahiliah?”
Nyatanya mengubah yang
jahiliyah menjadi manusia budaya
Adalah mukjizat, yang
menzahirkan arti rahasia kenabian.
Ia membawa turun Nur dari
langit, ia sendiri adalah Nur
Apa salahnya ia lahir di tengah bangsa jahiliah?
Apakah berbeda bagi sinar rembulan jika
Bersinar dari Zanzibar atau dari tepi kota Roma?
(Brahin-i- Ahmadiyah, bag. V, sekarang
dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm. 144,
London, 1984).
Keagungan Ahmad Saw.
Jauh di atas jangkauan fikir dan imaji
kedudukan dari Ahmad Saw.
Yang hambanya kalian lihat
Adalah Al-Masih
zaman ini.
(Haqiqatul Wahi, Qadian, Magazine Press,
1907; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XXII, hlm. 286, London, 1984).
Penghulu Kami
Ia adalah Penghulu kami, sumber segala nur
Namanya Muhammad, hanya ia kekasihku.
Semua nabi adalah suci,
satu lebih dari yang lain
Namun dari Yang Maha Kuasa,
ia itulah makhluk tersempurna.
Ia jauh lebih baik daripada para pendahulu,
fitratnya penuh pujian
Semua mata ke arahnya karena ia bulan purnama penghalau kegelapan.
Mereka yang datang sebelumnya telah kelelahan
setengah jalan
Ia yang membawa kami ke pantai.
Biar aku jadi tumbal, hanya
ia penunjuk jalan.
Ia telah mengurai tabir dan
menunjukkan jalan rahasia
Ia mempertautkan hati kepada Yang
Terkasih, betapa akrab dirinya.
Sahabat terkasih yang kasat mata, kami menemukan-Nya
Berkat dirinya karena ia pembimbing
hakiki.
Hari ini ia Raja
keimanan, mahkota para rasul
Betapa suci dan murni, ini adalah lagu puji
baginya.
Semua perintah Tuhan Yang Benar diperagakan sunnah
dirinya
Ia mengungkap semua rahasia, betapa luhurnya ini
berkat.
Pandangannya jauh bagai teropong, hatinya
dekat kepada Sang Sahabat
Di tangannya nur keimanan,
ia adalah sumber mata air nur.
Ia mengungkap rahasia keimanan
termusykil
Ia adalah Raja yang
menganugrahkan kekayaan.
Aku adalah tumbal
dalam Nur itu, aku adalah miliknya
Ia adalah segalanya, apa yang kumiliki? Inilah
kata akhirku.
Yang Maha
Esa adalah Sumber segala pengetahuan
Di luar itu hanyalah dongeng sedangkan ini kebenaran
hakiki.
Kami menemukan semuanya berkat ia, ya Allah Engkau-lah saksinya
Ia itulah perwujudan keindahan
yang menunjukkan kebenaran.
Kami semula buta nurani,
dengan ratusan buhul menjerat hati
Yang membuka simpul uraian
adalah sang Mujtaba ini.
(Qadian ke Arya aur Hum; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XX, hlm. 456, London, 1984).
Pengabdian Kepada Kemuliaan Muhammad Saw.
Siap aku menyerahkan nyawa dan kalbu
Bagi keindahan sang Muhammad
Saw.
Tubuhku hanyalah semata debu di jalan
Yang dilintasi keturunan Muhammad
Saw.
Aku telah melihat
dengan mata kalbuku
Dan mendengar
dengan telinga yang tajam
Ahmad terdiri dari empat huruf bahasa Arab
yaitu Alif, Ha, Mim dan Dal.
Lantunan
keindahan Muhammad Saw.
Yang melantun ke segenap arah.
Air yang mengalir abadi yang
kubagikan
Secara percuma kepada makhluk Ilahi
Hanyalah setitik dari samudra
Kesempurnaan
Muhammad Saw.
Api yang membakar dalam diriku
Adalah api
kecintaan kepada Muhammad Saw.
Air yang kumiliki berasal dari
sumber suci Muhammad Saw.
(Majmua Ishtiharat, jld. I, hlm. 97).
Manifestasi Tuhan Yang Abadi
Kecuali Allah Yang Maha
Pengasih
Siapakah yang mampu mengerti maqam
(martabat) luhur Muhammad Saw.
Dirinya telah sirna
sedemikian rupa
Seolah huruf ‘M’ (Mim)
telah lepas dari nama Ahmad Saw.[1]
Demikian larut
dirinya dalam Tuhan Yang Terkasih
Karena kecintaannya
yang mutlak
Maka dirinya menjadi bayangan
Dari Tuhan
Yang Maha Pengasih.
Dari wujudnya yang suci
Semerbak wewangian Yang
Maha Tercinta
Wujudnya yang diilhami fitrat
samawi
Menjadi cerminan dari Tuhan Yang Maha Abadi.
Sentana aku dituduh bid’ah dan kafir
Tidak dapat kupungkiri
Tak ada tahta
Samawi yang lebih tinggi
Dibanding hati Ahmad Saw. Nabi Suci.
Puji syukur kepada Allah,
Disamping perlawanan
orang-orang duniawi
Aku akan menghadapi beribu kemusykilan
Demi sumber mata air Berkat
ini.
Demi rahmat
Tuhan dan demi Karunia-Nya
Aku adalah musuh
Fir’aun dan lasykarnya
Karena aku mencintai
Musa ini, Nabi Suci Saw.
Keunikan dan keluhuran maqam
kedudukan Nabi Suci Saw.
Sebagaimana ditampakkan kepadaku,
Demikian ajaibnya sehingga tak tertahan aku mengumandangkannya
Asal saja aku dapat menemukan hati yang berhasrat di jalan ini.
Hanya ini harapanku, doaku dan niatku yang tulus
Agar kalbu dan nyawaku dikurbankan
Di jalan suci kecintaan
Kepada Nabi
Suci Muhammad Saw.
(Tauzih Maram, Amritsar, Riyaz Hind
Press; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. III, hlm. 62-63, London, 1984).
Derajat Ahmad Saw.
Hatiku menggelora memuji Nabi
Suci
Yang tanpa padanan dalam keluhuran.
Yang mencintai Sang Sahabat
Abadi sepenuh hati
Yang kalbunya terpaut
dengan Sang Kekasih.
Ia penerima karunia
samawi
Dibesarkan dalam pangkuan Tuhan.
Ia adalah samudra
kebaikan dan kesalehan
Mutiara
tunggal dalam kecemerlangan.
Dalam kasih dan kerahiman ia seperti hujan musim semi
Karunia dan berkatnya seperti mentari.
Selalu pengasih dan tanda dari rahmat Ilahi
Ia penyayang dan jadi
manifestasi rahmat Samawi.
Wujudnya demikian berberkat
sehingga sekilas pandangan
‘Kan merubah wajah
buruk menjadi gemilang.
Laiknya bintang, jiwa terangnya telah mencerahkan
Tak terbilang hati penuh kegelapan.
Ia demikian berberkat
hingga kedatangannya
Menandakan rahmat Tuhan ke
segenap alam.
Ia adalah Ahmad sampai hari kiamat, karena nurnya
Maka hati manusia lebih terang
dari sang surya.
Ia lebih
cantik dari seluruh keturunan Adam
Ia lebih
murni dari mutiara paling murni.
Dari bibirnya mengalir sumber mata air kebijakan
Hatinya melimpah dengan air Kautsar.
Demi Tuhan-nya,
ditinggalkannya segala
Di laut dan di bumi tak ada yang menyerupai dirinya.
Tuhan telah mengkaruniakan kepadanya pelita
Yang terpelihara dari badai angin sepanjang masa.
Pahlawan
utama Allah Yang Maha Perkasa
Berselempang pedangnya
dengan amat gagah.
Anak
panahnya tercepat di setiap medan
Pedangnya meraja di mana pun jua.
Ia membuktikan ketak-berdayaan
berhala dunia
Ia mempertunjukkan kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa.
Agar jangan berhala, pembuat dan penyembahnya
Tetap awam akan kekuasaan Tuhan.
Ia mencintai
kebenaran, kelurusan dan keteguhan
Ia adalah musuh
kedustaan dan kejahatan.
Ia adalah penghulu
namun ia hamba mereka yang tak berdaya
Ia adalah raja
namun ia melayani yang lemah.
Kasih yang diterima dunia dari
dirinya
Bahkan lebih dari yang diterima dari seorang bunda.
Ia mabuk dengan anggur kasih Sang Kekasih
Demi Wujud-Nya maka ia
selalu merendahkan diri.
Nurnya mencapai setiap orang
Dan mencerahkan
setiap negeri.
Bagi mereka yang berwawasan, ia adalah tanda dari Tuhan Yang Pemurah
Ia adalah bukti
dari Tuhan bagi mereka yang mempunyai mata.
Demi kasihnya, ia adalah penolong mereka yang tak berdaya
Dengan kelembutan, ia
berbagi kesedihan mereka yang papa.
Keindahan wujudnya mengungguli rembulan dan mentari
Debu di pintunya lebih harum
daripada cendana dan kesturi.
Bagaimana mungkin mentari dan rembulan
menyamainya?
Di hatinya
berbinar ratusan mentari nur Samawi.
Sekilas pandang pada wujud keindahan
Lebih baik daripada abadi kehidupan.
Aku yang amat mengenal
keindahannya
Mau memberikan nyawaku,
bila yang lainnya hanya hatinya.
Kenangan akan wujudnya
Menjadikan aku terpana
Aku selalu dalam keadaan kepayang
Setelah meminum
dari pialanya.
Aku akan selalu terbang di jalannya
Kalau saja sayap
aku punya.
Apa gunanya bibirku dengan kemangi harum
Jika aku telah jatuh cinta
dengan wajah indah itu.
Keindahannya memetik dawai hatiku
Sang perwira dengan perkasa telah menyeretku.
Ia adalah sinar
mataku
Kasihnya bagai surya cemerlang.
Cerah wajah yang tidak berpaling darinya
Ia ‘kan
terobati yang teguh berpegang di
pintunya.
Siapa yang berani mengarungi
samudra keimanan tanpa dirinya
Akan selalu kehilangan sasaran
sejak semula.
Ia itu buta huruf namun tanpa banding dalam kebijakan
Adakah bukti yang lebih jelas daripada ini?
Tuhan
mengaruniakan kepadanya pati pengetahuan dan pemahaman
Yang sinar
cemerlangnya menyilaukan semua bintang-bintang.
Melalui wujudnya
semua potensi manusia
Menjadi kenyataan.
Semua keluhuran memuncak
pada dirinya yang suci
Tak diragukan semua kenabian
berakhir dengan kedatangan dirinya.
Ia adalah mentari semua zaman dan alam
Ia adalah pembimbing semua,
yang hitam atau sawo matang.
Titik temu samudra
pengetahuan dan pengenalan Allah
Terpadu padanya fitrat mentari dan naungan.
Mataku menerawang sekeliling namun tak bersua
Sumber mata
air yang lebih
jernih dari keimanannya.
Bagi para pencari, tak ada pembimbing yang lebih baik
Bagi peziarah, tak ada penunjuk jalan selain dirinya.
Miliknya maqam luhur dengan
binar cahaya
Yang ‘kan menghanguskan sayap
sang Ruhul Kudus.
Allah Yang
Perkasa menganugrahkan syariah dan agama
Yang tak ‘kan berubah sepanjang masa.
Mula ia bersinar
di tanah Arab
Guna membilasnya
dari segala kekejian.
Kemudian nur iman dan syariah suci
Melingkupi dunia laiknya langit.
Ia berikan anggur kehidupan
kepada manusia
Dan menyelamatkan mereka
dari rahang sang naga.
Raja-raja masa terpana semua
Serupa manusia para arif bijaksana.
Tak satu pun sebanding pengetahuan atau kekuasaan
Ia menghumbalangkan
keangkuhan para angkara.
Tak perlu ia pembanggaan manusia
Pujian baginya lebih
menjadi kehormatan bagi si pemuja.
Ia bermukim di taman suci
dan keagungan
Jauh di atas khayal mereka
yang memujanya.
Ya Allah,
sampaikan salam kami kepadanya
Dan kepada persaudaraan
para nabi.
Kami adalah hamba-hamba
lemah para nabi
Kami adalah debu
yang tergeletak di gerbang mereka.
Semoga nyawa kami
dikurbankan demi sang Nabi
Yang telah menunjukkan jalan
kepada Tuhan Yang Benar.
Ya Allah, demi barisan para nabi
Yang telah Engkau utus
dengan Rahmat Engkau berlebih,
Berkatilah aku kebijakan laiknya Kau
berikan hasrat padaku,
Karuniai aku anggurnya sebagaimana
telah Kau berikan pialanya.
Ya Allah,
demi wujud pilihan Engkau
Yang Kau
topang di setiap langkah;
Bimbinglah tanganku dengan kasih dan sayang
Jadilah Kawan-ku dan Penolong dalam segala hal.
Aku hanya bertumpu pada kekuatan Engkau
Walau aku hanya debu, bahkan lebih rendah lagi.
(Brahin-i-
Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm. 17-23,
London, 1984).
Imam Para Pencinta Tuhan
Maharaja seluruh alam itu
Yang bernama Mustafa - yang
terpilih
Yang utama dari para pecinta Allah
Yang cemerlang bak matahari siang.
Sesungguhnya semua
nur berasal dari nurnya
Ia yang diridhai
olehnya, diridhai Allah.
Ia adalah air
mengalir bagi kehidupan
Samudra
lepas wacana ruhani.
Ia itulah yang demi kebenaran
dan keluhurannya
Telah diberikan beratus bukti
mewujud di dunia.
Wujudnya mensiratkan Nur Ilahi
Jejaknya mewujudkan kinerja Ilahi.
Semua Nabi
dan para shalihin adalah pengagumnya
Mereka bak
debu di pintu gerbangnya.
Kecintaan kepadanya mengangkat insan
ke surga
Mengubah insan
bak sinar rembulan purnama.
Ia membuktikan kepada Fir’aun tiap zaman
Ratusan tanda bak tangan putihnya Musa.
(Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm.
627, London, 1984).
Mungkinkah aku bisa cukup memuji
Penghulu agung
Yang langit dan bumi dan kedua alam tak putus memuji?
Maqam kedekatan yang dicapainya kepada Yang
Maha Tercinta,
Di luar nalar mereka yang
pernah mendekat kepada-Nya.
Tak ada satu pun di dunia ini mampu membayangkan
Karunia
abadi yang terus menghampiri
dirinya.
Ia adalah Imam
para pilihan Tuhan dan Raja kaum pencinta-Nya
Kalbunya telah melewati semua tahapan
kedekatan kepada Allah.
Ia yang berberkat yang jadi manifestasi tanda Samawi
Turun sebagai rahmat dari sang Pemelihara alam semesta.
Maqamnya khusus dan luhur di hadirat Samawi
Di luar jangkauan manusia akbar
dan pilihan.
Ia adalah Ahmad
sampai Hari Kiamat
Yang menjadi sumber
kehormatan bagi para pendahulu
Bagi mereka yang datang setelah, ia adalah
Pondok perlindungan, keamanan dan kekuatan.
Tahta kemilaunya bahtera
perlindungan semua mahluk
Tak seorang pun di Hari Kiamat
mendapat keselamatan
Kecuali melalui syafaat dirinya.
Ia mengungguli semua bentuk
keunggulan
Langit hanyalah debu dibanding keteguhan niatnya.
Ia menzahirkan nur yang
tersembunyi sepanjang masa
Ia adalah sumber dan awal dari sinar mentari
Yang tersembunyi
sepanjang masa.
Penghulu lasykar langit dan bukti Tuhan di bumi
Bukti eksistensi akbar Wujud
Sang Pencipta.
Setiap dzarah dirinya tempat semayam Sang Kekasih
Abadi
Setiap helahan nafasnya
tersirat keindahan Sang Sahabat.
Kecantikan
wujudnya mengungguli seratus bulan dan mentari
Debu di pintunya lebih mulia
dari seratus keping kesturi Tartar.
Ia berada di
luar nalar, kajian dan imaji manusia
Bagaimana mungkin akal menggapai samudra tak
bertepi.
Kalbunya yang pertama berteriak Balā - Ya, sesungguhnya
Ia adalah Adam keimanan
dalam Ketauhidan Ilahi
Bahkan sebelum Adam
tercipta
Ia telah berbicara dengan Sang Tercinta.
Adalah fitratnya
siap mengurbankan nyawa bagi makhluk Tuhan
Selalu siap mengurbankan
diri bagi yang terinjak
Ia adalah penolong
mereka yang tak berdaya.
Ketika dunia terisi penyembahan berhala dan polytheisme
Hati yang menangis darah
hanyalah hati sang raja.
Tak seorang pun menyadari keburukan
polytheisme dan kebusukan berhala
Nurani Ahmad saja yang mengenalinya
Karena kalbunya tenggelam
dalam kecintaan Ilahi.
Siapa yang tahu, siapa yang menyadari
Imbauan Sang
pemberi syafaat
Yang dilantunkan
demi kemanusiaan
Dari keheningan
gua itu.
Tak terbayang, duka,
kepedihan dan kegelisahan
Yang membawanya ke gua, penuh galau dan kerisauan.
Tak ada ditakutinya kegelapan
atau kesepian
Tak ditakutinya maut, atau
pun kalajengking dan ular.
Ia mencintai
umatnya dengan sangat
Kalbunya terpaut pada kemanusiaan
di dunia
Tak dihiraukan kenyamanan tubuh
Atau pun kebutuhan
dirinya.
Ia melantunkan erang kesakitan
Demi kemaslahatan manusia
Siang malam menyibukkan dirinya
Pada penyembahan Allah
semata.
Kerendahan
hati dan doanya mengguncang langit
Para malaikat
pun berurai air mata.
Karena kelembutan
hatinya,
Doa dan permohonannya,
Tuhan telah menengok dengan belas kasihan
Dunia yang gelap dan suram.
Dunia digoncang badai dosa
Di setiap negeri, manusia jadi buta
dan tuli
Karena dosa dan polytheisme.
Di masa Nuh,
dunia penuh durhaka
Tak ada hati
yang bebas dari kegelapan dan bala.
Syaitan berkuasa
di atas semua raga dan jiwa,
Kemudian Tuhan
Yang Maha Perkasa muncul gemilang
Kepada nurani Muhammad.
Berkatnya merangkum semua
Kulit putih atau pun hitam,
Ia mengorbankan jiwa
Bagi kemaslahatan manusia.
Wahai Nabi
Allah,
Tak ada yang saleh atau pun lurus, tanpa engkau
Mampu mencari jalan yang benar sendiri.
Wahai Nabi
Allah,
Bibir engkau bak sumber mata air pemberi kehidupan
Hanya engkau penunjuk jalan
Kepada Tuhan Yang Maha Benar.
Ada mereka si fulan yang mencari
ucapan engkau.
Ada pun ia yang tak harus menunggu,
Karena mendengar
langsung dari bibir engkau.
Hiduplah ia yang minum dari sumber mata air engkau
Bijaklah ia yang mengikuti jalan engkau.
Pengenalan utama adalah mereka yang melihat
wajah engkau
Karena kejujuran, keteguhan dan kesetiaan kepada engkau
Adalah puncak kebenaran.
Tanpa dikau tak akan ada yang mampu
Menggapai khazanah
pengetahuan murni
Meski ia mati
dalam upaya pengagungan dan ibadah.
Bertumpu pada upaya sendiri
Tanpa kasih
kepada wujud engkau.
Adalah kenaifan, karena
tanpa mengenali wajah engkau
Tak mungkin menengok wajah
kesucian.
Tiap saat mewujud nur baru,
Berkat kecintaan kepada wujud engkau
Yang tak mungkin diperoleh
seorang pencari
Sepanjang masa hidupnya.
Segala keajaiban
alam semesta ini
Segala yang indah
dan utama,
Semua ada
di wujud engkau.
Tak ada waktu yang lebih berharga
Dari waktu yang digunakan
untuk mencintai engkau,
Juga tak ada keselesaan (ketentraman)
lebih menyenangkan
Dari yang diikrarkan bagi pemujaan engkau.
Karena aku mengenali kesalehan engkau yang tanpa
batas,
Rela aku menyerahkan nyawa bagi
engkau,
Meski yang lain cukup dengan kinerja mereka.
Tiap orang mendoakan
dirinya saat shalat,
Wahai tamanku
dengan musim semi abadi
Aku mendoa
hanya bagi keturunan engkau.
Ya Nabi Allah, aku larut dalam kecintaan
Pada wujud engkau yang suci.
Misal pun nyawaku seribu,
Kuwakafkan di jalan engkau semata.
Apatah kebenaran
pengabdian kepada engkau,
Dan kecintaan
kepada wujud engkau?
Itulah obat
penawar setiap hati,
Pembalut
batin yang luka.
Alangkah percumanya hati,
Yang tak berdebar karena engkau.
Betapa sia-sianya hidup,
Yang tidak dikurbankan bagi
engkau.
Karena kecintaan engkau,
Aku tidak gentar kepada maut.
Tengoklah keteguhanku,
Aku berjalan
ke tiang gantungan dengan senyum
di wajah.
Wahai rahmat
Ilahi, kami datang kepada engkau
mencari rahmat engkau,
Seperti kami, beratus ribu yang berharap
Menunggu di pintu
gerbang engkau.
Wahai Nabi Allah, kupersembahkan diriku
Demi keindahan wujud engkau,
Ini kepala yang bertumpu berat di bahuku,
Adalah persembahan bagi melayani engkau.
Sejak aku diizinkan
menyaksikan nur Nabi Suci
Kecintaannya seperti mata air yang membersit dari hatiku.
Api
pengabdian membersit dari nafasku seperti kilat
Wahai sahabat
berhati lemah, menjauhlah dari diriku.
Sejak melihat wujudnya dalam kasyaf
Hatiku selalu bergelora,
Wujudku, ragaku dan jiwaku adalah persembahan
Di altar wujud dan raganya.
Telah kulihat beribu Yusuf dalam lekuk di dagunya;
Aku melihat tak terbilang Al-Masih terlahir lewat nafasnya.
Ia adalah raja
tujuh benua
Ia adalah mentari
Timur dan Barat,
Ia raja
dua dunia,
Ia adalah pondok
bagi yang lemah.
Berbahagialah hati yang menapak
lurus di jalannya
Beruntunglah kepala yang
dikurbankan bagi hulubalang itu.
Wahai Nabi Allah,
Dunia kelam dengan kekafiran dan penyembahan berhala,
Saatnya engkau menunjukkan wajah
Yang berpendar bagai sang surya.
Wahai kekasihku,
aku melihat nur Ilahi
Tercermin di wujud engkau,
Aku mendengar
hati seorang bijak
Mabuk akan kasih pada diri engkau.
Para pecinta dan yang dicerahkan, memahami maqam engkau,
Namun mata kelelawar
Tak mampu melihat sinar mentari tengah
hari.
Setiap orang di dunia memiliki kekasih,
Namun wahai wujud
yang cemerlang,
Aku hanya mengabdi
kepada engkau.
Dari seluruh isi dunia ini
Aku jatuh cinta kepada wajah cantik engkau seorang
Kutinggalkan diriku
sendiri demi diri engkau.
Apalah artinya nyawa yang akan dikurbankan
di jalan engkau,
Apa artinya kemerdekaan,
jika terperangkap pada wujud engkau.
Sepanjang hidupku, Kasih engkau akan selalu melekat
di hatiku,
Selama darah
masih mengalir di jantungku,
Ia akan tetap
hidup ditopang oleh kasihku
kepada engkau.
Wahai Rasul
Allah!
Pertautanku dengan engkau erat
sungguh;
Aku mengabdi kepada engkau
Sejak bayi kecil masih menyusu.
Di setiap langkah
menuju Tuhan,
Aku melihat engkau
sebagai penolong,
Tak terlihat, menopang dan membimbing.
Pada kedua dunia, kuat
sungguh ikatanku kepada engkau,
Engkau hidupi aku laiknya bayi di pangkuan engkau.
Teringat saat ketika engkau
mengungkapkan
Wujud engkau kepadaku dalam kasyaf,
Teringat ketika engkau mengunjungi aku,
Dengan kerinduan
dan hasrat menggebu.
Teringat kelembutan dan kasih
Yang kau curahkan di atas diriku,
Teringat kabar gembira
Yang kau sampaikan dari Tuhan
kepadaku.
Teringat ketika dalam keadaan sadar
penuh
Engkau
izinkan aku melihat sekilas
Kecantikan
wajah engkau yang memikat
Dan keindahan
yang dicemburui musim semi.
(Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind
Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. V, hlm. 22-28,
London, 1984).
Muhammad adalah Bukti Dirinya Sendiri
Ada nur indah di wujud Muhammad
Ada permata mirah indah di
tambang Muhammad.
Hati akan bebas dari segala kegelapan,
Jika bergabung dengan para pecinta Muhammad.
Kasihan hati mereka yang tak beruntung
Yang memalingkan
punggung atas ajakan Muhammad.
Tak ada
lagi manusia di dua dunia,
Yang punya maqam
setara Muhammad.
Tuhan sesungguhnya tidak menyukai
Mereka yang memusuhi Muhammad.
Tuhan sendiri akan membakar belatung tak
berharga itu
Yang menjadi musuh dari Muhammad.
Jika kalian ingin bebas dari kelembaman diri yang rendah
Marilah dan ikut
barisan pecinta Muhammad.
Kalau kalian ingin Tuhan memujimu,
Jadilah pengagum
Muhammad yang sejati.
Jika kau ingin bukti kebenarannya, jadilah pecintanya
Muhammad sendiri adalah bukti dari Muhammad.
Jasadku ingin dikurbankan demi debu di kaki Ahmad,
Hatiku mendambakan mati demi Muhammad.
Demi ikal rambut Rasul Allah,
Mau aku mati demi wujud Muhammad yang cemerlang.
Pancung aku berkeping atau bakar aku hingga mati
Aku tak akan berpaling dari hadirat Muhammad.
Demi keimananku, tak ada satu pun yang aku takuti
Karena aku dicirikan warna keimanan Muhammad.
Betapa mudahnya meninggalkan dunia
Jika teringat keindahan dan kecantikan Muhammad.
Setiap dzarah diriku dikurbankan di jalannya
Aku telah menyaksikan keindahan Muhammad.
Aku tak mengenal nama guru lainnya
Aku hanya belajar di sekolah Muhammad.
Aku tak ada urusan dengan kekasih lain,
Aku terperangkap jalan kasih Muhammad.
Aku hanya mendambakan sekilas kerling,
Aku tak butuh apa pun kecuali taman Muhammad.
Jangan cari hatiku yang terenyuh di rongga
dadaku,
Aku telah meletakkannya di pangkuan Muhammad.
Aku adalah yang paling gembira dari antara burung
surga,
Yang membangun sarangnya di kebun Muhammad.
Engkau telah mencerahkan hati dan jiwaku dengan cinta
Hidupku adalah untuk engkau, wahai Muhammad.
Sekalipun seratus kali aku mengurbankan hidup bagi dirinya
Tetap saja tak sebanding dengan maqam luhur Muhammad.
Begitu mempesona maqam yang dikaruniakan kepada
pahlawan ini,
Tak akan ada seorang pun berani menandingi Muhammad.
Hati-hatilah kalian, para musuh yang bodoh dan
keliru,
Hati-hatilah terhadap pedang tajam Muhammad.
Jalan kepada Tuhan yang dilupakan manusia,
Carilah pada keturunan Muhammad.
Hati-hatilah, kalian yang menyangkal status Muhammad,
dan nur Muhammad yang
demikian nyata.
Meski tak lagi ada mukjizat,
Datanglah dan saksikan adanya di antara pengabdi Muhammad.
(Maklumat 20 Februari
1893, Majmua Ishtiharat, jld. V, hlm. 371-372).
Muhammad Saw. Penghulu dan Pembimbing
Nabi yang bernama Muhammad itu,
Kami selalu berpegang
kepada jubahnya.
Kasihnya yang masuk tubuh melalui susu ibu kami,
Menjadi nyawa kami yang bertahan sampai maut nanti.
Ia adalah Nabi
terbaik dan makhluk tersempurna,
Kenabian menjadi sempurna dalam dirinya.
Kami minum
dari sumber mata airnya,
Siapa yang telah kenyang, masih akan dipuaskan
olehnya.
Apa pun wahyu atau ilham yang dikaruniakan kepada kami
Adalah karenanya, bukan karena diri kami.
Melalui wujudnya kami diberkati bimbingan dan kesempurnaan,
Tanpa dirinya, tak mungkin kami bertemu dengan Yang Maha Abadi.
Mengikuti
ajarannya tergurat di hatiku,
Apa pun yang berasal
darinya adalah imanku.
(Siraj Munir, Ruhani Khazain, jld. XII, hlm. 95).
oo0oo
Rujukan:
The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
Pajajaran
Anyar, 17 Desember 2015
[1]
Jika huruf Mim dilepaskan maka sisa huruf yang tiga
yaitu Alif, Ha dan Dal akan membentuk kata Ahad
yang merupakan salah satu sifat Allah Swt. yaitu Maha Esa. Maksud syair menyatakan bahwa
dengan melepaskan dirinya sama sekali dari dunia maka Hadhrat Rasulullah Saw.
telah menjadi manifestasi sempurna dari Allah Yang Maha Esa. (Penerbit/Khalid A.Qoyum)