Senin, 21 Desember 2015

Syair-syair (Qasidah) Masih Mau'ud a.s. Mengenai Kemuliaan dan Kecintaan Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Semua berkat berasal dari Muhammad Saw.Diberkatilah Dia yang mengajar dan ia yang telah diberi pelajaran”.

NABI BESAR MUHAMMAD SAW.

“Hadhrat Muhammad, Junjungan dan Penghulu kami, Semoga Allah memberi salawat dan berkat atas dirinya”

“Setelah Allah, maka aku ini mabuk dengan kecintaan terhadap Muhammad. Kalau ini disebut kekafiran, maka demi Allah aku adalah kafir yang akbar

 (Al-Masih-al-Mau’ud a.s.)

Syait-syair (Qasidah) Masih Mau’ud a.s. Mengenai Kemuliaan  dan Kecintaan Kepada Nabi Besar Muhammad  Saw.


Bab 40 (TAMMAT)


 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab  sebelumnya  telah dikemukakan  syair-syair (Qasidah) Masih Mau’ud a.s.  mengenai kecintaan sempurna beliau kepada Nabi Besar Muhammad saw. setelah mencintai Allah Swt. yang telah mengenugerahkan kehormatan kepada  beliau   berupa kenabian ummati sebagai buah kecintaan kepada Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat yang sejati.   Itulah karunia dari Allāh,  dan cukuplah Allāh Yang Maha Mengetahui.  (An-Nisa [4]:70-71)

Rasul yang Sempurna

Orang Eropa  yang awam berkata: “Nabi ini tidak sempurna,
Apa susahnya menyiarkan agama di kalangan umat jahiliah?”
Nyatanya mengubah yang jahiliyah menjadi manusia budaya
Adalah mukjizat, yang menzahirkan arti rahasia kenabian.

Ia membawa turun Nur dari langit, ia sendiri adalah Nur
Apa salahnya ia lahir di tengah bangsa jahiliah?
Apakah berbeda bagi sinar rembulan jika
Bersinar dari Zanzibar atau dari tepi kota Roma?

(Brahin-i- Ahmadiyah, bag. V, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm. 144, London, 1984).

Keagungan Ahmad Saw.

Jauh di atas jangkauan fikir dan imaji
kedudukan dari Ahmad Saw.
Yang hambanya kalian lihat
Adalah Al-Masih zaman ini.

(Haqiqatul Wahi, Qadian, Magazine Press, 1907; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XXII, hlm.  286, London, 1984).

Penghulu Kami

Ia adalah Penghulu kami, sumber segala nur
Namanya Muhammad, hanya ia kekasihku.
Semua nabi adalah suci, satu lebih dari yang lain
Namun dari Yang Maha Kuasa, ia itulah makhluk tersempurna.

Ia jauh lebih baik daripada para pendahulu, fitratnya penuh pujian
Semua mata ke arahnya karena ia bulan purnama penghalau kegelapan.
Mereka yang datang sebelumnya telah kelelahan setengah jalan
Ia yang membawa kami ke pantai.

Biar aku jadi tumbal, hanya ia penunjuk jalan.
Ia telah mengurai tabir dan menunjukkan jalan rahasia
Ia mempertautkan hati kepada Yang Terkasih, betapa akrab dirinya.
Sahabat terkasih yang kasat mata, kami menemukan-Nya
Berkat dirinya karena ia pembimbing hakiki.

Hari ini ia Raja keimanan, mahkota para rasul
Betapa suci dan murni, ini adalah lagu puji baginya.
Semua perintah Tuhan Yang Benar diperagakan sunnah dirinya
Ia mengungkap semua rahasia, betapa luhurnya ini berkat.

Pandangannya jauh bagai teropong, hatinya dekat kepada Sang Sahabat
Di tangannya nur keimanan, ia adalah sumber mata air nur.
Ia mengungkap rahasia keimanan termusykil
Ia adalah Raja yang menganugrahkan kekayaan.

Aku adalah tumbal dalam Nur itu, aku adalah miliknya
Ia adalah segalanya, apa yang kumiliki? Inilah kata akhirku.
Yang Maha Esa adalah Sumber segala pengetahuan
Di luar itu hanyalah dongeng sedangkan ini kebenaran hakiki.

Kami menemukan semuanya berkat ia, ya Allah Engkau-lah saksinya
Ia itulah perwujudan keindahan yang menunjukkan kebenaran.
Kami semula buta nurani, dengan ratusan buhul menjerat hati
Yang membuka simpul uraian adalah sang Mujtaba ini.

(Qadian ke Arya aur Hum; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. XX, hlm.  456, London, 1984).

Pengabdian Kepada Kemuliaan Muhammad Saw.

Siap aku menyerahkan nyawa dan kalbu
Bagi keindahan sang Muhammad Saw.
Tubuhku hanyalah semata debu di jalan
Yang dilintasi keturunan Muhammad Saw.

Aku telah melihat dengan mata kalbuku
Dan mendengar dengan telinga yang tajam
Ahmad terdiri dari empat huruf bahasa Arab
 yaitu Alif, Ha, Mim dan Dal.

Lantunan keindahan Muhammad Saw.
Yang melantun ke segenap arah.
Air yang mengalir abadi yang kubagikan
Secara percuma kepada makhluk Ilahi
Hanyalah setitik dari samudra
Kesempurnaan Muhammad Saw.

Api yang membakar dalam diriku
Adalah api kecintaan kepada Muhammad Saw.
Air yang kumiliki berasal dari sumber suci Muhammad Saw.

(Majmua Ishtiharat, jld. I, hlm.  97).

Manifestasi Tuhan Yang Abadi

Kecuali Allah Yang Maha Pengasih
Siapakah yang mampu mengerti maqam (martabat) luhur Muhammad Saw.
Dirinya telah sirna sedemikian rupa
Seolah huruf ‘M’ (Mim) telah lepas dari nama Ahmad Saw.[1]

Demikian larut dirinya dalam Tuhan Yang Terkasih
Karena kecintaannya yang mutlak
Maka dirinya menjadi bayangan
Dari Tuhan Yang Maha Pengasih.

Dari wujudnya yang suci
Semerbak wewangian Yang Maha Tercinta
Wujudnya yang diilhami fitrat samawi
Menjadi cerminan dari Tuhan Yang Maha Abadi.

Sentana aku dituduh bid’ah dan kafir
Tidak dapat kupungkiri
Tak ada tahta Samawi yang lebih tinggi
Dibanding hati Ahmad Saw. Nabi Suci.

Puji syukur kepada Allah,
Disamping perlawanan orang-orang duniawi
Aku akan menghadapi beribu kemusykilan
Demi sumber mata air Berkat ini.

Demi rahmat Tuhan dan demi Karunia-Nya
Aku adalah musuh Fir’aun dan lasykarnya
Karena aku mencintai Musa ini, Nabi Suci Saw.
Keunikan dan keluhuran maqam kedudukan Nabi Suci Saw.

Sebagaimana ditampakkan kepadaku,
Demikian ajaibnya sehingga tak tertahan aku mengumandangkannya
Asal saja aku dapat menemukan hati yang berhasrat di jalan ini.

Hanya ini harapanku, doaku dan niatku yang tulus
Agar kalbu dan nyawaku dikurbankan
Di jalan suci kecintaan
Kepada Nabi Suci Muhammad Saw.

(Tauzih Maram, Amritsar, Riyaz Hind Press; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. III, hlm.  62-63, London, 1984).

Derajat Ahmad Saw.

Hatiku menggelora memuji Nabi Suci
Yang tanpa padanan dalam keluhuran.
Yang mencintai Sang Sahabat Abadi sepenuh hati
Yang kalbunya terpaut dengan Sang Kekasih.

Ia penerima karunia samawi
Dibesarkan dalam pangkuan Tuhan.
Ia adalah samudra kebaikan dan kesalehan
Mutiara tunggal dalam kecemerlangan.

Dalam kasih dan kerahiman ia seperti hujan musim semi
Karunia dan berkatnya seperti mentari.
Selalu pengasih dan tanda dari rahmat Ilahi
Ia penyayang dan jadi manifestasi rahmat Samawi.

Wujudnya demikian berberkat sehingga sekilas pandangan
‘Kan merubah wajah buruk menjadi gemilang.
Laiknya bintang, jiwa terangnya telah mencerahkan
Tak terbilang hati penuh kegelapan.
Ia demikian berberkat hingga kedatangannya
Menandakan rahmat Tuhan ke segenap alam.
Ia adalah Ahmad sampai hari kiamat, karena nurnya
Maka hati manusia lebih terang dari sang surya.

Ia lebih cantik dari seluruh keturunan Adam
Ia lebih murni dari mutiara paling murni.
Dari bibirnya mengalir sumber mata air kebijakan
Hatinya melimpah dengan air Kautsar.
Demi Tuhan-nya, ditinggalkannya segala
Di laut dan di bumi tak ada yang menyerupai dirinya.
Tuhan telah mengkaruniakan kepadanya pelita
Yang terpelihara dari badai angin sepanjang masa.

Pahlawan utama Allah Yang Maha Perkasa
Berselempang pedangnya dengan amat gagah.
Anak panahnya tercepat di setiap medan
Pedangnya meraja di mana pun jua.

Ia membuktikan ketak-berdayaan berhala dunia
Ia mempertunjukkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Agar jangan berhala, pembuat dan penyembahnya
Tetap awam akan kekuasaan Tuhan.

Ia mencintai kebenaran, kelurusan dan keteguhan
Ia adalah musuh kedustaan dan kejahatan.
Ia adalah penghulu namun ia hamba mereka yang tak berdaya
Ia adalah raja namun ia melayani yang lemah.

Kasih yang diterima dunia dari dirinya
Bahkan lebih dari yang diterima dari seorang bunda.
Ia mabuk dengan anggur kasih Sang Kekasih
Demi Wujud-Nya maka ia selalu merendahkan diri.

Nurnya mencapai setiap orang
Dan mencerahkan setiap negeri.
Bagi mereka yang berwawasan, ia adalah tanda dari Tuhan Yang Pemurah
Ia adalah bukti dari Tuhan bagi mereka yang mempunyai mata.

Demi kasihnya, ia adalah penolong mereka yang tak berdaya
Dengan kelembutan, ia berbagi kesedihan mereka yang papa.
Keindahan wujudnya mengungguli rembulan dan mentari
Debu di pintunya lebih harum daripada cendana dan kesturi.

Bagaimana mungkin mentari dan rembulan menyamainya?
Di hatinya berbinar ratusan mentari nur Samawi.
Sekilas pandang pada wujud keindahan
Lebih baik daripada abadi kehidupan.

Aku yang amat mengenal keindahannya
Mau memberikan nyawaku, bila yang lainnya hanya hatinya.
Kenangan akan wujudnya
Menjadikan aku terpana

Aku selalu dalam keadaan kepayang
Setelah meminum dari pialanya.
Aku akan selalu terbang di jalannya
Kalau saja sayap aku punya.

Apa gunanya bibirku dengan kemangi harum
Jika aku telah jatuh cinta dengan wajah indah itu.
Keindahannya memetik dawai hatiku
Sang perwira dengan perkasa telah menyeretku.

Ia adalah sinar mataku
Kasihnya bagai surya cemerlang.
Cerah wajah yang tidak berpaling darinya
Ia ‘kan terobati yang teguh berpegang di pintunya.

Siapa yang berani mengarungi samudra keimanan tanpa dirinya
Akan selalu kehilangan sasaran sejak semula.
Ia itu buta huruf namun tanpa banding dalam kebijakan
Adakah bukti yang lebih jelas daripada ini?

Tuhan mengaruniakan kepadanya pati pengetahuan dan pemahaman
Yang sinar cemerlangnya menyilaukan semua bintang-bintang.
Melalui wujudnya semua potensi manusia
Menjadi kenyataan.

Semua keluhuran memuncak pada dirinya yang suci
Tak diragukan semua kenabian berakhir dengan kedatangan dirinya.
Ia adalah mentari semua zaman dan alam
Ia adalah pembimbing semua, yang hitam atau sawo matang.

Titik temu samudra pengetahuan dan pengenalan Allah
Terpadu padanya fitrat mentari dan naungan.
Mataku menerawang sekeliling namun tak bersua
Sumber mata air yang lebih jernih dari keimanannya.

Bagi para pencari, tak ada pembimbing yang lebih baik
Bagi peziarah, tak ada penunjuk jalan selain dirinya.
Miliknya maqam luhur dengan binar cahaya
Yang ‘kan menghanguskan sayap sang Ruhul Kudus.

Allah Yang Perkasa menganugrahkan syariah dan agama
Yang tak ‘kan berubah sepanjang masa.
Mula ia bersinar di tanah Arab
Guna membilasnya dari segala kekejian.

Kemudian nur iman dan syariah suci
Melingkupi dunia laiknya langit.
Ia berikan anggur kehidupan kepada manusia
Dan menyelamatkan mereka dari rahang sang naga.

Raja-raja masa terpana semua
Serupa manusia para arif bijaksana.
Tak satu pun sebanding pengetahuan atau kekuasaan
Ia menghumbalangkan keangkuhan para angkara.


Tak perlu ia pembanggaan  manusia
Pujian baginya lebih menjadi kehormatan bagi si pemuja.
Ia bermukim di taman suci dan keagungan
Jauh di atas khayal mereka yang memujanya.

Ya Allah, sampaikan salam kami kepadanya
Dan kepada persaudaraan para nabi.
Kami adalah hamba-hamba lemah para nabi
Kami adalah debu yang tergeletak di gerbang mereka.

Semoga nyawa kami dikurbankan demi sang Nabi
Yang telah menunjukkan jalan kepada Tuhan Yang Benar.
Ya Allah, demi barisan para nabi
Yang telah Engkau utus dengan Rahmat Engkau berlebih,

Berkatilah aku kebijakan laiknya Kau berikan hasrat padaku,
Karuniai aku anggurnya sebagaimana telah Kau berikan pialanya.
Ya Allah, demi wujud pilihan Engkau
Yang Kau topang di setiap langkah;

Bimbinglah tanganku dengan kasih dan sayang
Jadilah Kawan-ku dan Penolong dalam segala hal.
Aku hanya bertumpu pada kekuatan Engkau
Walau aku hanya debu, bahkan lebih rendah lagi.

 (Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. I, hlm. 17-23, London, 1984).

Imam Para Pencinta Tuhan

Maharaja seluruh alam itu
Yang bernama Mustafa - yang terpilih
Yang utama dari para pecinta Allah
Yang cemerlang bak matahari siang.

Sesungguhnya semua nur berasal dari nurnya
Ia yang diridhai olehnya, diridhai Allah.
Ia adalah air mengalir bagi kehidupan
Samudra lepas wacana ruhani.

Ia itulah yang demi kebenaran dan keluhurannya
Telah diberikan beratus bukti mewujud di dunia.
Wujudnya mensiratkan Nur Ilahi
Jejaknya mewujudkan kinerja Ilahi.

Semua Nabi dan para shalihin adalah pengagumnya
Mereka bak debu di pintu gerbangnya.
Kecintaan kepadanya mengangkat insan ke surga
Mengubah insan bak sinar rembulan purnama.

Ia membuktikan kepada Fir’aun tiap zaman
Ratusan tanda bak tangan putihnya Musa.

(Brahin-i- Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain,  jld. I, hlm.  627, London, 1984).

Mungkinkah aku bisa cukup memuji Penghulu agung
Yang langit dan bumi dan kedua alam tak putus memuji?
Maqam kedekatan yang dicapainya kepada Yang Maha Tercinta,
Di luar nalar mereka yang pernah mendekat kepada-Nya.

Tak ada satu pun di dunia ini mampu membayangkan
Karunia abadi yang terus menghampiri dirinya.
Ia adalah Imam para pilihan Tuhan dan Raja kaum pencinta-Nya
Kalbunya telah melewati semua tahapan kedekatan kepada Allah.

Ia yang berberkat yang jadi manifestasi tanda Samawi
Turun sebagai rahmat dari sang Pemelihara alam semesta.
Maqamnya khusus dan luhur di hadirat Samawi
Di luar jangkauan manusia akbar dan pilihan.

Ia adalah Ahmad sampai Hari Kiamat
Yang menjadi sumber kehormatan bagi para pendahulu
Bagi mereka yang datang setelah, ia adalah
Pondok  perlindungan, keamanan dan kekuatan.

Tahta kemilaunya bahtera perlindungan semua mahluk
Tak seorang pun di Hari Kiamat mendapat keselamatan
Kecuali melalui syafaat dirinya.
Ia mengungguli semua bentuk keunggulan

Langit hanyalah debu dibanding keteguhan niatnya.
Ia menzahirkan nur yang tersembunyi sepanjang masa
Ia adalah sumber dan awal dari sinar mentari
Yang tersembunyi sepanjang masa.

Penghulu lasykar langit dan bukti Tuhan di bumi
Bukti eksistensi akbar Wujud Sang Pencipta.
Setiap dzarah dirinya tempat semayam Sang Kekasih Abadi
Setiap helahan nafasnya tersirat keindahan Sang Sahabat.

Kecantikan wujudnya mengungguli seratus bulan dan mentari
Debu di pintunya lebih mulia dari seratus keping kesturi Tartar.
Ia berada di luar nalar, kajian dan imaji manusia
Bagaimana mungkin akal menggapai samudra tak bertepi.

Kalbunya yang pertama berteriak Balā - Ya, sesungguhnya
Ia adalah Adam keimanan dalam Ketauhidan Ilahi
Bahkan sebelum Adam tercipta
Ia telah berbicara dengan Sang Tercinta.

Adalah fitratnya siap mengurbankan nyawa bagi makhluk Tuhan
Selalu siap mengurbankan diri bagi yang terinjak
Ia adalah penolong mereka yang tak berdaya.
Ketika dunia terisi penyembahan berhala dan polytheisme

Hati yang menangis darah hanyalah hati sang raja.
Tak seorang pun menyadari keburukan polytheisme dan kebusukan berhala
Nurani Ahmad saja yang mengenalinya
Karena kalbunya tenggelam dalam kecintaan Ilahi.

Siapa yang tahu, siapa yang menyadari
Imbauan Sang pemberi syafaat
Yang dilantunkan demi kemanusiaan
Dari keheningan gua itu.

Tak terbayang, duka, kepedihan dan kegelisahan
Yang membawanya ke gua, penuh galau dan kerisauan.
Tak ada ditakutinya kegelapan atau kesepian
Tak ditakutinya maut, atau pun kalajengking dan ular.

Ia mencintai umatnya dengan sangat
Kalbunya terpaut pada kemanusiaan di dunia
Tak dihiraukan kenyamanan  tubuh
Atau pun kebutuhan dirinya.

Ia melantunkan erang kesakitan
Demi kemaslahatan manusia
Siang malam menyibukkan dirinya
Pada penyembahan Allah semata.

Kerendahan hati dan doanya mengguncang langit
Para malaikat pun berurai air mata.
Karena kelembutan hatinya,
Doa dan permohonannya,
Tuhan telah menengok dengan belas kasihan
Dunia yang gelap dan suram.
Dunia digoncang badai dosa
Di setiap negeri, manusia jadi buta dan tuli
Karena dosa dan polytheisme.

Di masa Nuh, dunia penuh durhaka
Tak ada hati yang bebas dari kegelapan dan bala.
Syaitan berkuasa di atas semua raga dan jiwa,
Kemudian Tuhan Yang Maha Perkasa muncul gemilang
Kepada nurani Muhammad.

Berkatnya merangkum semua
Kulit putih atau pun hitam,
Ia mengorbankan jiwa
Bagi kemaslahatan manusia.

Wahai Nabi Allah,
Tak ada yang saleh atau pun lurus, tanpa engkau
Mampu mencari jalan yang benar sendiri.
Wahai Nabi Allah,

Bibir engkau  bak sumber mata air pemberi kehidupan
Hanya engkau penunjuk jalan
Kepada Tuhan Yang Maha Benar.
Ada mereka si fulan yang mencari ucapan engkau.

Ada pun ia yang tak harus menunggu,
Karena mendengar langsung dari bibir engkau.
Hiduplah ia yang minum dari sumber mata air engkau
Bijaklah ia yang mengikuti jalan engkau.

Pengenalan utama adalah mereka yang melihat wajah engkau
Karena kejujuran, keteguhan dan kesetiaan kepada engkau
Adalah puncak kebenaran.
Tanpa dikau tak akan ada yang mampu

Menggapai khazanah pengetahuan murni
Meski ia mati dalam upaya pengagungan dan ibadah.
Bertumpu pada upaya sendiri
Tanpa kasih kepada wujud engkau.

Adalah kenaifan, karena tanpa mengenali wajah engkau
Tak mungkin menengok wajah kesucian.
Tiap saat mewujud nur baru,
Berkat kecintaan kepada wujud engkau
Yang tak mungkin diperoleh seorang pencari
Sepanjang masa hidupnya.

Segala keajaiban alam semesta ini
Segala yang indah dan utama,
Semua ada di wujud engkau.

Tak ada waktu yang lebih berharga
Dari waktu yang digunakan untuk mencintai engkau,
Juga tak ada keselesaan (ketentraman) lebih menyenangkan
Dari yang diikrarkan bagi pemujaan engkau.

Karena aku mengenali kesalehan engkau yang tanpa batas,
Rela aku menyerahkan nyawa bagi engkau,
Meski yang lain cukup dengan kinerja mereka.
Tiap orang mendoakan dirinya saat shalat,
Wahai tamanku dengan musim semi abadi
Aku mendoa hanya bagi keturunan engkau.

Ya Nabi Allah, aku larut dalam kecintaan
Pada wujud engkau yang suci.
Misal pun nyawaku seribu,
Kuwakafkan di jalan engkau semata.

Apatah kebenaran pengabdian kepada engkau,
Dan kecintaan kepada wujud engkau?
Itulah obat penawar setiap hati,
Pembalut batin yang luka.

Alangkah percumanya hati,
Yang tak berdebar karena engkau.
Betapa sia-sianya hidup,
Yang tidak dikurbankan bagi engkau.
Karena kecintaan engkau,
Aku tidak gentar kepada maut.

Tengoklah keteguhanku,
Aku berjalan ke tiang gantungan dengan senyum di wajah.
Wahai rahmat Ilahi, kami datang kepada engkau mencari rahmat engkau,
Seperti kami, beratus ribu yang berharap
Menunggu di pintu gerbang engkau.

Wahai Nabi Allah, kupersembahkan diriku
Demi keindahan wujud engkau,
Ini kepala yang bertumpu berat di bahuku,
Adalah persembahan bagi melayani engkau.

Sejak aku diizinkan menyaksikan nur Nabi Suci
Kecintaannya seperti mata air yang membersit dari hatiku.
Api pengabdian membersit dari nafasku seperti kilat
Wahai sahabat berhati lemah, menjauhlah dari diriku.

Sejak melihat wujudnya dalam kasyaf
Hatiku selalu bergelora,
Wujudku, ragaku dan jiwaku adalah persembahan
Di altar wujud dan raganya.

Telah kulihat beribu Yusuf dalam lekuk di dagunya;
Aku melihat tak terbilang Al-Masih terlahir lewat nafasnya.
Ia adalah raja tujuh benua
Ia adalah mentari Timur dan Barat,
Ia raja dua dunia,
Ia adalah pondok bagi yang lemah.

Berbahagialah hati yang menapak lurus di jalannya
Beruntunglah kepala yang dikurbankan bagi hulubalang itu.
Wahai Nabi Allah,
Dunia kelam dengan kekafiran dan penyembahan berhala,
Saatnya engkau menunjukkan wajah
Yang berpendar bagai sang surya.

Wahai kekasihku, aku melihat nur Ilahi
Tercermin di wujud engkau,
Aku mendengar hati seorang bijak
Mabuk akan kasih pada diri engkau.

Para pecinta dan yang dicerahkan, memahami maqam engkau,
Namun mata kelelawar
Tak mampu melihat sinar mentari tengah hari.

Setiap orang di dunia memiliki kekasih,
Namun wahai wujud yang cemerlang,
Aku hanya mengabdi kepada engkau.

Dari seluruh isi dunia ini
Aku jatuh cinta kepada wajah cantik engkau seorang
Kutinggalkan diriku sendiri demi diri engkau.

Apalah artinya nyawa yang akan dikurbankan di jalan engkau,
Apa artinya kemerdekaan, jika terperangkap pada wujud engkau.
Sepanjang hidupku, Kasih engkau akan selalu melekat di hatiku,
Selama darah masih mengalir di jantungku,
Ia akan tetap hidup ditopang oleh kasihku kepada engkau.
Wahai Rasul Allah!

Pertautanku dengan engkau erat sungguh;
Aku mengabdi kepada engkau
Sejak bayi kecil masih menyusu.

Di setiap langkah menuju Tuhan,
Aku melihat engkau sebagai penolong,
Tak terlihat, menopang dan membimbing.

Pada kedua dunia, kuat sungguh ikatanku kepada engkau,
Engkau hidupi aku laiknya bayi di pangkuan engkau.

Teringat saat ketika engkau mengungkapkan
Wujud engkau kepadaku dalam kasyaf,
Teringat ketika engkau mengunjungi aku,
Dengan kerinduan dan hasrat menggebu.

Teringat kelembutan dan kasih
Yang kau curahkan di atas diriku,
Teringat kabar gembira
Yang kau sampaikan dari Tuhan kepadaku.

Teringat ketika dalam keadaan sadar penuh
Engkau izinkan aku melihat sekilas
Kecantikan wajah engkau yang memikat
Dan keindahan yang dicemburui musim semi.

(Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, jld. V, hlm. 22-28, London, 1984).

Muhammad adalah Bukti Dirinya Sendiri

Ada nur indah di wujud Muhammad
Ada permata mirah indah di tambang Muhammad.
Hati akan bebas dari segala kegelapan,
Jika bergabung dengan para pecinta Muhammad.

Kasihan hati mereka yang tak beruntung
Yang memalingkan punggung atas ajakan Muhammad.
Tak ada lagi manusia di dua dunia,
Yang punya maqam setara Muhammad.

Tuhan sesungguhnya tidak menyukai
Mereka yang memusuhi Muhammad.
Tuhan sendiri akan membakar belatung tak berharga itu
Yang menjadi musuh dari Muhammad.

Jika kalian ingin bebas dari kelembaman diri yang rendah
Marilah dan ikut barisan pecinta Muhammad.
Kalau kalian ingin Tuhan memujimu,
Jadilah pengagum Muhammad yang sejati.

Jika kau ingin bukti kebenarannya, jadilah pecintanya
Muhammad sendiri adalah bukti dari Muhammad.
Jasadku ingin dikurbankan demi debu di kaki Ahmad,
Hatiku mendambakan mati demi Muhammad.

Demi ikal rambut Rasul Allah,
Mau aku mati demi wujud Muhammad yang cemerlang.
Pancung aku berkeping atau bakar aku hingga mati
Aku tak akan berpaling dari hadirat Muhammad.

Demi keimananku, tak ada satu pun yang aku takuti
Karena aku dicirikan warna keimanan Muhammad.
Betapa mudahnya meninggalkan dunia
Jika teringat keindahan dan kecantikan Muhammad.

Setiap dzarah diriku dikurbankan di jalannya
Aku telah menyaksikan keindahan Muhammad.
Aku tak mengenal nama guru lainnya
Aku hanya belajar di sekolah Muhammad.

Aku tak ada urusan dengan kekasih lain,
Aku terperangkap jalan kasih Muhammad.
Aku hanya mendambakan sekilas kerling,
Aku tak butuh apa pun kecuali taman Muhammad.

Jangan cari hatiku yang terenyuh di rongga dadaku,
Aku telah meletakkannya di pangkuan Muhammad.
Aku adalah yang paling gembira dari antara burung surga,
Yang membangun sarangnya di kebun Muhammad.

Engkau telah mencerahkan hati dan jiwaku dengan cinta
Hidupku adalah untuk engkau, wahai Muhammad.
Sekalipun seratus kali aku mengurbankan hidup bagi dirinya
Tetap saja tak sebanding dengan maqam luhur Muhammad.

Begitu mempesona maqam yang dikaruniakan kepada pahlawan ini,
Tak akan ada seorang pun berani menandingi Muhammad.
Hati-hatilah kalian, para musuh yang bodoh dan keliru,
Hati-hatilah terhadap pedang tajam Muhammad.

Jalan kepada Tuhan yang dilupakan manusia,
Carilah pada keturunan Muhammad.
Hati-hatilah, kalian yang menyangkal status Muhammad,
dan nur Muhammad yang demikian nyata.
Meski tak lagi ada mukjizat,
Datanglah dan saksikan adanya di antara pengabdi Muhammad.

(Maklumat 20 Februari 1893, Majmua Ishtiharat, jld. V, hlm. 371-372).

Muhammad Saw. Penghulu dan Pembimbing

Nabi yang bernama Muhammad itu,
Kami selalu berpegang kepada jubahnya.
Kasihnya yang masuk tubuh melalui susu ibu kami,
Menjadi nyawa kami yang bertahan sampai maut nanti.

Ia adalah Nabi terbaik dan makhluk tersempurna,
Kenabian menjadi sempurna dalam dirinya.
Kami minum dari sumber mata airnya,
Siapa yang telah kenyang, masih akan dipuaskan olehnya.

Apa pun wahyu atau ilham yang dikaruniakan kepada kami
Adalah karenanya, bukan karena diri kami.
Melalui wujudnya kami diberkati bimbingan dan kesempurnaan,
Tanpa dirinya, tak mungkin kami bertemu dengan Yang Maha Abadi.

Mengikuti ajarannya tergurat di hatiku,
Apa pun yang berasal darinya adalah imanku.

(Siraj Munir, Ruhani Khazain, jld. XII, hlm. 95).

oo0oo
Rujukan:
The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
Pajajaran Anyar, 17 Desember  2015




[1] Jika huruf Mim dilepaskan maka sisa huruf yang tiga yaitu Alif, Ha dan Dal akan membentuk kata Ahad yang merupakan salah satu sifat Allah Swt. yaitu Maha Esa. Maksud syair menyatakan bahwa dengan melepaskan dirinya sama sekali dari dunia maka Hadhrat Rasulullah Saw. telah menjadi manifestasi sempurna dari Allah Yang Maha Esa. (Penerbit/Khalid A.Qoyum)